Cari Blog Ini

Senin, 22 November 2010

orgasme?

Apa yang Anda harapkan ketika melakukan aktivitas seks? Jawabannya mungkin merasakan kenikmatan orgasme. Namun jika Anda tidak mendapatkan big “O”, apakah berarti Anda tidak menikmati aktivitas seksual? Paula Hall seorang psikolog yang menulis kolom seks di bbc.com, menjelaskan hal tersebut, sebagai berikut.

Apakah orgasme?

Menurut Paula, definisi kepuasan seks atau orgasme pada setiap orang berbeda. Namun seorang terapis ternama tahun 1953 mendefinisikan orgasme sebagai letupan yang dialami tubuh sebagai akibat dari tegangan neuromuscular (ketegangan otot dan syaraf) yang memuncak.

Namun jika dijabarkan, sebenarnya  orgasme atau kepuasan seksual itu dicapai seseorang yang melakukan hubungan seksual, dengan gejala-gejala fisiki tertentu:

Jantung berdetak lebih cepat, nafas menjadi lebih \"berat\" akibat otot di paru-paru menegang.
 
Rangsangan dan sentuhan yang diterima memicu otak memroduksi hormon endorfin dan oksitosin sehingga tubuh terasa nyaman (relaks).
 
Darah mengalir lebih cepat ke seluruh tubuh termasuk ke area genital dan menciptakan tekanan yang membuat otot-otot di bagian organ tubuh itu berkontraksi.
 
Kontraksi yang terjadi pada otot panggul antara 5 – 15 kali dengan selang waktu 0.8 sampai 1 detik.

Apakah setiap hubungan seks menciptakan orgasme?

Sebaiknya jangan jadikan orgasme sebagai tujuan aktivitas seks Anda. Keinginan untuk meraih orgasme dalam setiap aktivitas seks justru membebani Anda dan pasangan. Anda masih bisa menikmati aktivitas seks tanpa orgasme. Yang Anda harus lakukan adalah menciptakan suasana aman, nyaman dan relaks, seperti; saling merangsang, membisikkan kata-kata intim, dan saling mengungkapkan rasa sayang. Suasana yang mendukung dan rangsangan fisik yang dilakukan atau diterima, otomatis akan memicu orgasme.

Perempuan & Orgasme

Perempuan sangat kompleks, dorongan dan kepuasan seksual perempuan ditentukan oleh berbagai faktor, psikologis dan fisik. Kondisi ini menyebabkan perempuan tidak mudah merasakan orgasme. 

Faktor fisik yang menentukan, misalnya; rangsangan yang kurang, sedang menjalani terapi medis, atau tidak sehat. Sedangkan faktor psikologis antara lain; stres, kecemasan, depresi atau ketidakserasian dengan pasangan.

Namun, karena pandangan yang keliru tentang orgasme sebagai indikator kesuksesan hubungan seksual, perempuan cenderung berusaha mencapai orgasme. Atau jika tidak bisa merasakannya, perempuan berpura-pura mencapai merasakannya.
Jika hal ini sering dilakukan, adakah dampak bagi pasangan?

Dampak fisik mungkin tidak ada. Namun mengingat sifat lelaki yang selalu ingin merasa berguna, ketidakjujuran dalam merasakan kepuasan seksual justru mengganggu ego lelaki. Ia merasa tidak bisa memuaskan pasangan dan tidak berguna sebagai lelaki. Jika tahu bahwa mereka ditipu, mereka menjadi tidak nyaman, dan kondisi ini bisa merusak hubungan Anda dengannya.

Daripada berpura-pura, Anda bisa kemukakan secara jujur saat Anda tidak mood untuk melakukan aktivitas seksual. Atau jika Anda tidak kunjung merasakan orgasme, Anda bisa megemukakannya secara jujur pada pasangan.

Kualitas bukan Kuantitas

Hal yang penting diperhatikan tentang orgasme, bukanlah seberapa sering Anda merasakannya, melainkan bagaimana hal itu dapat Anda rasakan. Orgasme bukanlah indikasi kepuasan kehidupan seksual Anda dan pasangan. Hal ini disebabkan karena aktivitas seksual bukanlah penyatuan dua tubuh semata, melainkan penyatuan jiwa dan ungkapan kepuasan Anda menikmati hubungan yang nyaman bersama pasangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar